Siang yang mendung, bahkan gerimis mulai hadir basahi dedaunan. Rinai
hujan yang selalu saja mengingatkanku pada dirinya yang jauh berada disana. Dia
yang tak sedetikpun hilang dalam ingatan dan hatiku. Sudah ku obati dengan
telefon dan sms an, namun masih saja kata “rindu” bertahta tak mau hilang. Sosoknya
yang selalu membayangiku, kali ini perasaanku tak biasa, sungguh ingin segera bertemu
dan mendekapnya. Inikah yang namanya rindu? Inikah yang namanya cinta? inikah yang
namanya sayang? Hingga aku kadang selalu mengkhawatirkannya, mendengar dia yang
disana sedang sakit, akupun merasakan sakit yang sama. I Love my Mother…
Gerimis disiang ini mengingatkanku akan kata-kata bijaknya,
mengingatkanku akan bahasa indahnya yang pernah dia berikan dulu saat aku masih
memakai seragam abu-abu. Ibu, aku selalu mengingat kata-kata bijak darimu, aku
menuliskannya dalam lembaran-lembaran Diary masa SMA. Beginilah kira-kira
nasehat bijak ibu dulu,
Persaudaraan,
persahabatan itu banyak sekali rintangan dan ujianya. Dulu, ibu pernah membaca
kisah dua orang sahabat dekat yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah
perjalanan dua sahabat ini bertengkar karena memperselisihkan sesuatu. Mereka saling
emosi dan saling menyalahkan. Dan salah satu diantara mereka ada yang tak bisa
menahan dirinya, tanpa berfikir panjang menampar pipi sahabatnya ini.
“Prakkk”. Mungkin
tamparannya tidak terlalu berat, namun tetap saja tamparan sang sahabat terbaik
itu menyisakan luka yang terdalam.
Dan sang sahabat
yang ditampar ini merasa sakit hati sekali, namun Dia hanya diam. Tak membalas
tanparannya. Sang sahabat ini pun berlalu pergi dan menuliskan sesuatu di atas
pasir.
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU”
Kemudian sang
sahabat yang pipinya kena tampar dan hatinya sedang terluka itu mencoba
menenangkan dirinya. Dia mencoba untuk bermain-main disungai dan berenang untuk
menyejukan hatinya, menyembuhkan kegalauannya.
Tanpa diprediksi,
sang sahabat yang sedang merasakan kegalauan inipun hampir saja tenggelam. Dan untung
saja ada yang melihat kemudian ditolonglah sahabat ini.
Ternyata yang
menolong adalah sahabat yang pernah menampar pipinya. Dan sang sahabatpun
kemudian berterimakasih dan berlalu mencari bebatuan. Kemudian dia pun
menuliskan sesuatu diatas batu-batu kali itu.
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU”
Sipenolong yang
pernah menampar sahabatnya itu bertanya, “kenapa setelah saya melukai hatimu
kau menuliskannya diatas pasir, dan sekarang kau menuliskannya dibatu?”
Sang sahabat
sambil tersenyum menjawab : “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus
menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhebus dan menghapus tulisan
tersebut. Dan apabila seorang sahabat menghadirkan kebaikan sekecil apapun,
maka ukirlah kenangannya diatas batu hati kita, agar tetap terkenang tidak
hilang tertiup waktu”.
Maka anakku,
jika suatu hari kau mengalami konflik, sakit hati, atau tersinggung karena ula
sahabatmu, maka cobalah selalu untuk saling memaafkan, dan lupakan masa lalu. Jangan
biarkan prasangka yang menguasaimu, dan menjadikan persahabatan kalian hancur
karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar