Kamis, 28 Maret 2013

Ajari Aku Menulis diatas Pasir





Siang yang mendung, bahkan gerimis mulai hadir basahi dedaunan. Rinai hujan yang selalu saja mengingatkanku pada dirinya yang jauh berada disana. Dia yang tak sedetikpun hilang dalam ingatan dan hatiku. Sudah ku obati dengan telefon dan sms an, namun masih saja kata “rindu” bertahta tak mau hilang. Sosoknya yang selalu membayangiku, kali ini perasaanku tak biasa, sungguh ingin segera bertemu dan mendekapnya. Inikah yang namanya rindu? Inikah yang namanya cinta? inikah yang namanya sayang? Hingga aku kadang selalu mengkhawatirkannya, mendengar dia yang disana sedang sakit, akupun merasakan sakit yang sama. I Love my Mother…
Gerimis disiang ini mengingatkanku akan kata-kata bijaknya, mengingatkanku akan bahasa indahnya yang pernah dia berikan dulu saat aku masih memakai seragam abu-abu. Ibu, aku selalu mengingat kata-kata bijak darimu, aku menuliskannya dalam lembaran-lembaran Diary masa SMA. Beginilah kira-kira nasehat bijak ibu dulu,

Persaudaraan, persahabatan itu banyak sekali rintangan dan ujianya. Dulu, ibu pernah membaca kisah dua orang sahabat dekat yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan dua sahabat ini bertengkar karena memperselisihkan sesuatu. Mereka saling emosi dan saling menyalahkan. Dan salah satu diantara mereka ada yang tak bisa menahan dirinya, tanpa berfikir panjang menampar pipi sahabatnya ini. 

“Prakkk”. Mungkin tamparannya tidak terlalu berat, namun tetap saja tamparan sang sahabat terbaik itu menyisakan luka yang terdalam. 

Dan sang sahabat yang ditampar ini merasa sakit hati sekali, namun Dia hanya diam. Tak membalas tanparannya. Sang sahabat ini pun berlalu pergi dan menuliskan sesuatu di atas pasir.
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU”

Kemudian sang sahabat yang pipinya kena tampar dan hatinya sedang terluka itu mencoba menenangkan dirinya. Dia mencoba untuk bermain-main disungai dan berenang untuk menyejukan hatinya, menyembuhkan kegalauannya.
Tanpa diprediksi, sang sahabat yang sedang merasakan kegalauan inipun hampir saja tenggelam. Dan untung saja ada yang melihat kemudian ditolonglah sahabat ini.
Ternyata yang menolong adalah sahabat yang pernah menampar pipinya. Dan sang sahabatpun kemudian berterimakasih dan berlalu mencari bebatuan. Kemudian dia pun menuliskan sesuatu diatas batu-batu kali itu.

“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU”

Sipenolong yang pernah menampar sahabatnya itu bertanya, “kenapa setelah saya melukai hatimu kau menuliskannya diatas pasir, dan sekarang kau menuliskannya dibatu?”
Sang sahabat sambil tersenyum menjawab : “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhebus dan menghapus tulisan tersebut. Dan apabila seorang sahabat menghadirkan kebaikan sekecil apapun, maka ukirlah kenangannya diatas batu hati kita, agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu”.
Maka anakku, jika suatu hari kau mengalami konflik, sakit hati, atau tersinggung karena ula sahabatmu, maka cobalah selalu untuk saling memaafkan, dan lupakan masa lalu. Jangan biarkan prasangka yang menguasaimu, dan menjadikan persahabatan kalian hancur karenanya.

Tidak ada komentar: