Siang
yang tak biasa, matahari malu untuk membagikan teriknya. Kali ini sapaan rintik
hujan yang membuat setiap sudut asrama menjadi sepi seolah tak berpenghuni. Disudut
asrama, aku temui sepucuk surat yang penuh sarat makna. Surat yang ditulis
dengan goresan tinta-tinta kesungguhan penuh padaNya. Bagian dari do’a, dan
juga nasehat untuk sesama. Entah kapan tulisan ini dirangkai, untuk siapa surat
ini dibuat, tak ada petunjuknya.
Bismillah,
Aku dan kamu harus tahu, saat kita banyak
tertawa dan bercanda memang membuat persahabatan ini terasa indah. Tapi,
sungguh Alloh dan rosulnya tidak menyukai jika kebersamaan kita untuk sebuah
candaan dan tawa semata. Hidup ini singkat, maka selalu berharap untuk bisa
melakukan banyak hal yang tak sia-sia. Karena aku takut, saat hari-hari ini
banyak tertawa maka hati ini menjadi keras, tak lembut dan tak peka lagi. Akan
mudah berprasangka dan tak mudah menjalankan nasehat, akan mencari segala
pembenaran diri atas tindakan yang salah.
Karena hidup untuk
kebaikan diri sendiri itu mudah, pasti bisa diprioritaskan, selalu diusahakan.
Namun bagaimana jika harus menekan ego dan memikirkan hati dan perasaan orang
lain? Masih mampukah untuk memberi dari pada berharap diberi? Masih mampukah
untuk berkorban dari pada menuntut banyak hal?
Aku dan kamu harus sama-sama memahami, saat kita tahu betapa Alloh
dan Rosulnya tak pernah menyukai jika kita menceritakan aib saudara, ketika
kita memperbincangkan kekurangan saudara, ketika kita menggunjingnya, adalah sama
halnya dengan memakan daging bangkai saudara kita. Ah, menjijikan sekali
dengernya. Namun betapa kerasnya hati kita jika sampai detik ini masih saja
hobby memperbincangkan dan membahas kekurangan dan aib-aib saudara kita. Untuk apa? Adakah manfaat yang bisa kita ambil?
Alloh swt. menyampaikan
dalam ayat-ayat cinta-Nya: "...dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang diantara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang." (QS Al-Hujurat 49 : 12).
Aku dan kamu harus tahu, betapa
hidup sederhana itu indah dan Alloh akan menyayangi kita. Namun, kenapa masih
saja memiliki gaya hidup yang hedonis? jika kita bisa membeli apa saja yang
kita inginkan, namun ingatlah selalu bahwa apa-apa yang kita beli akan dimintai
pertanggungjawabnnya. Membawa kebaikan ataukah keburukankah segala barang yang
telah kita beli?
Ya Robb, padaMu
pemilik hati ini, jangan biarkan aku melebur, jangan biarkan warna-warni
keimanan yang terpatri didalam hati menjadi luntur.
Robbi, aku yang
merindukan berjumpa dan berkumpul dengan orang-orang yang sederhana dan yang penuh
nasihat menuju cintaMu.
Robbi pertemukan
kami dengan saudara seiman, yang mengingatnya menjadikanku teringat padaMu,
yang memandangnya membuat hati teduh.
Robbi, jika
harus berjumpa dan mengenal mereka yang tak mengajariku kebaikan dan
kesederhanaan, maka sabarkanlah aku, dan kuatkan hatiku untuk tak melebur
bersama mereka. Biarkan aku menjadi orang yang mampu memegang prinsip karena
taat kepadaMu. Biarkan aku terasing diantara mereka, karena menuju cinta dan
ridhoMu yang ingin aku gapai.
*050303
Tidak ada komentar:
Posting Komentar