Selasa, 30 Oktober 2012

Dia

            Dia sosok kesekian yang ada dalam ingatanku. Sempat membuat aku terdiam beberapa menit saat pertama kali bertemu. Sosok yang sederhana, namun tetap luar biasa. Sosok  yang apa adanya tapi tetap memiliki kharisma. Dia yang lembut, tapi tetap memiliki ketegasan. Dia yang tegas namun tersimpan kebijaksanaan. Dua  bulan membersamainya banyak hal yang aku dapatkan dari sosoknya. Sosok yang penuh inspirasi. Dia yang sederhana dan bersahaja. Berada didekatnya membuat aku teringat akan akhirat, membuat aku bersemangat.
            Masih  teringat jelas dalam memori, ketika pertama kali harus bertemu dan berdiskusi. Subhanalloh, Dia tak pernah sekalipun memandangku, bukan karena  Dia sombong atau cuek, tapi karena Dia yang begitu menghormatiku sebagai wanita. Aku yang juga hanya menunduk, tetapi sesekali aku masih sempat melihat keningnya yang hitam pekat. Bekas sujud dalam solat yang terukir. Subhanalloh, lagi-lagi aku tertegun.
            Hampir  satu jam aku berada di ruangan kerjanya, Dia banyak memberiku energy positif dan kesemangatan. Beberapa kali menyelipkan kalimat lucu yang membuat suasana semakin akrab. Tapi Dia selalu memiliki arah tujuan. Bukan kalimat canda biasa, namun ada makna dibalik semuanya. Yang ujung-ujungnya aku harus terdiam dan merenungi semuanya. Mengingat akan kebesaranNya dan membuatku untuk lebih bersyukur. Masih teringat jelas dalam memori, saat pertama kali harus bertemu, aku harus menunggunya lama, ketika menanyakan apa yang beliau lakukan didalam? Asistennya hanya berucap lirih“ agenda  rutinnya mba, ditunggu saja”. Jujur aku sangat penasaran, karena didalam tidak  ada seorang tamu pun, dan saat aku coba melihat ke dalam ruangan, dia juga tak ada dikursi kerjanya. Suasana sangat hening. Aku terus melihat kekanan kiri ruangan kerjanya. Dan subhanalloh, ternyata Dia sedang solat dukha di samping meja kerjanya. Lama aku terus memperhatikan, sujud panjangnya yang membuat aku tertegun dan terdiam. Subhanalloh, betapa Dia sangat mencintai Sang PenciptaNya, sampai sujud panjangnya ditemani mata gerimis. Dan betapa lama jua Dia berdiri diroka’at solatnya, mungkin hafalan Ayat-ayat  cintaNya yang berlembar-lembar Dia baca saat solatnya tadi.
            Hari kedua setelah berdiskusi, aku sengaja berkeliling ruangan, dan kudapati Dia sedang asyik membaca ayat-ayat CintaNya dengan suara merdu. Ku amati lama sekali Dia membacanya, Subhanalloh, Dia selalu ada waktu khusus untuk dekat denganNya, walau di tempat kerja sekalipun.
            Dalam batin, aku ingin sekali mengenal Dia lebih dekat. Ingin bertanya tentang misi  dan visi hidupnya. Ingin meniru kebaikan-kebaikan yang ada dalam sosoknya. Dan Alhamdulillah Alloh izinkan aku untuk bisa belajar dan dekat dengannya. Kini aku menjadi bagian dari kepemimpinannya. Dan ketertarikan ku bukan karena kesan pertama saja, setelah lama bersamapun aku akui  memang Dia luarbiasa.
            Dan kini aku sudah mengenal keluarganya. Dalam keluarga Dia dikenal sebagai sosok yang bijaksana, bertanggungjawab dan penyabar. Dan bahkan tetangganya pun begitu simpatik akan kepribadianya. Dan saat beliau sakit, tetangga rumahnya terheran-heran, karena Dia selalu menyempatkan diri untuk solat di masjid, hanya saja ketika Dia sakit bedanya Dia libur untuk jadi imam solatnya. Dia yang luarbiasa, Dialah Kepala sekolahku yang baru. Semoga dibawah kepemimpinannya akan menambah kebarokahan dan banyak orang yang terinspirasi menjadi lebih baik. Subhanalloh, pemikiran, kesederhanaan dan kedekatan denganNya ternyata tidak begitu saja tercipta. Semua hasil olahan dan cetakan tarbiyah yang Dia geluti sejak lama. Dan juga karena seorang wanita soleha yang setia disampingnya. Memberikan support, nasehat dan membantunya dalam segala urusan.
           Subhanalloh disuatu hari yang tak diduga, aku juga berkesampatan untuk berbincang-bincang dengan salah satu putri beliau. banyak hal yang dituturkan,
   “ Umi juga banyak berperan dalam menyemangati Abi, perjuangan itu tidak mudah, butuh seorang partner yang bisa memahami, umi selalu membantu dan memberikan masukan kepada Abi”. 
      " Abi selalu berpesan, apapun kesibukan dan aktivitasmu, jangan sampai membuatmu lupa dan jauh dari Alloh. Apalah artinya prestasi dunia, jika menjadikanmu jauh dari Alloh". 
          "Ya Beliau kepala sekolahku yang memiliki istri soleha, dan dikaruniai lima orang anak. Saat berbincang-bincang dengan anak-anaknya, betapa kulihat mereka memang keluarga yang senantiasa dekat dengan Alloh. Semoga Alloh memberikan selalu kebarokahan dan keistikomahan kepada mereka semua. Terima kasih telah hadir dalam hidupku, menjadi inspirasi dalam kebaikan.
Berharap  beliau takan pernah membaca tulisan ini, sehingga keihlasannya tetap terjaga..
*** Goresan Pena di Ujung Senja



Tidak ada komentar: