Kini saya memahami, kenapa syekh Imam
Al-Ghazali pernah berkata, “musuh kita yang paling berat adalah
melawan hawa nafsu yang berada di rongga dada”.
![]() |
Muhasabah Diri |
Ia terletak jauh tersembunyi didalam
dada. Hingga diri tak merasakan kehadirannya. Ia menguasai hati, fikiran dan
bahkan tindakan, namun diri tak menyadari. Karena Ia berada didalam rongga
dada, musuh yang tak nampak dalam kasat mata, tapi sebenarnya begitu besar
bahayanya. Yah, Hawa nafsu yang seringkali memperdaya diri. Menjadikan tampak
indah apa-apa yang dilarangNya. Menjadikan betapa sulitnya untuk mengakhiri,
mudahnya untuk mengawali. Ya itu keburukan. Tapi, jika kebaikan maka sulit
sekali untuk memulai, dan mudah sekali untuk diakhiri.
Maka, pada diri aku menegur. Atas kisah
dan cerita yang pernah terukir. Hari ini, atau hari kemaren. Selagi jantung
masih berdetak, Sebelum ada kata “Akhir” dalam perjalanan menuju cintaNya, maka
butuh jeda untuk mengevaluasi semuanya. Tentang apa-apa yang telah diucap, yang
telah diperbuat, yang telah difikirkan, direncanakan, semoga bukan kesia-siaan,
semoga bukan canda dan hiasan semata, bukan permainan kata, bukan mencari
pujian dari sesama, bukan untuk mencari simpatik manusia. Bukan!! Melakukan semuanya karena
Dia. Karena Dia yang memang patut dinomor satukan. Karena padaNya kita akan
dikembalikan. Mengingati kembali akan makna niatan,
“Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya setiap perbuatan bergantung
pada niatnya dan setiap orang (akan
dibalas) sesuai apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah
dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang
hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya sebagaimana yang dia niatkan’.” (HR Bukhari Muslim)
Maka niatan hati itu harus senantiasa
diteliti. Masihkan kebaikan yang aku lakukan karena Dia? Masihkah kepatuhan
yang aku lakukan karena Dia semata? Ketika maksiat, Masihkah aku merasa malu
dan takut karena ketahuan manusia? Atau menyadari ada Dia yang Maha mengawasi?
Maka, meneliti niatan setiap saat, setiap waktu yang masih Dia berikan.
Maka, saat melakukan kesalahan
katakanlah pada diri sendiri “ ya Alloh,
jadikanlah ini dosa terakhir saya ” .
dan jika masih melanggar, dan melakukan
kesalahan yang sama maka berjanjilah dengan Alloh “Demi Alloh, ini adalah dosa terakhir saya” .
Jika sudah berjanji dengan Alloh, masihkah melanggarnya?
Setidaknya jika hatiku masih dipenuhi keimanan, maka aku akan berfikir sejuta
kali jika harus melanggarNya.
Maka, Tegas dan keraslah pada diri sendiri. Jangan selalu
memaklumi kesalahan-kesalahan diri. Kehilafan yang selalu dilakukan
berulangkali, apakah masih pantas aku
mengaku khilaf? Sementara aku selalu terperosok dalam jurang yang sama! Tak
adakah ikhtiar untuk memperbaiki? Tak adakah niatan untuk belajar dari
kesalahan? Memang benar manusia tempatnya salah dan ingatlah Alloh Maha
pengampun jika terjadi lagi maka hukumlah diri, Jangan lembek dengan kesalahan
diri, cambuk diri dengan bertaubat dan perbaiki hubungan dangan Alloh.
Bismillah, belajar menegur diri
sebelum setan menjadikan kita pengikutnya, Jangan biarkan syetan
tertawa bahagia … nauzubillahimindzalik
*17 Ramadhan 1434 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar