Minggu, 28 Juli 2013

MUHASABAH DIRI

 Kini saya memahami, kenapa syekh Imam Al-Ghazali  pernah berkata, “musuh kita yang paling berat adalah melawan hawa nafsu yang berada di rongga dada”.

Muhasabah Diri

Ia terletak jauh tersembunyi didalam dada. Hingga diri tak merasakan kehadirannya. Ia menguasai hati, fikiran dan bahkan tindakan, namun diri tak menyadari. Karena Ia berada didalam rongga dada, musuh yang tak nampak dalam kasat mata, tapi sebenarnya begitu besar bahayanya. Yah, Hawa nafsu yang seringkali memperdaya diri. Menjadikan tampak indah apa-apa yang dilarangNya. Menjadikan betapa sulitnya untuk mengakhiri, mudahnya untuk mengawali. Ya itu keburukan. Tapi, jika kebaikan maka sulit sekali untuk memulai, dan mudah sekali untuk diakhiri.

Maka, pada diri aku menegur. Atas kisah dan cerita yang pernah terukir. Hari ini, atau hari kemaren. Selagi jantung masih berdetak, Sebelum ada kata “Akhir” dalam perjalanan menuju cintaNya, maka butuh jeda untuk mengevaluasi semuanya. Tentang apa-apa yang telah diucap, yang telah diperbuat, yang telah difikirkan, direncanakan, semoga bukan kesia-siaan, semoga bukan canda dan hiasan semata, bukan permainan kata, bukan mencari pujian dari sesama, bukan untuk mencari simpatik  manusia. Bukan!! Melakukan semuanya karena Dia. Karena Dia yang memang patut dinomor satukan. Karena padaNya kita akan dikembalikan. Mengingati kembali akan makna niatan,
“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya setiap perbuatan bergantung pada niatnya   dan setiap orang (akan dibalas) sesuai apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sebagaimana yang dia niatkan’.” (HR Bukhari Muslim)
Maka niatan hati itu harus senantiasa diteliti. Masihkan kebaikan yang aku lakukan karena Dia? Masihkah kepatuhan yang aku lakukan karena Dia semata? Ketika maksiat, Masihkah aku merasa malu dan takut karena ketahuan manusia? Atau menyadari ada Dia yang Maha mengawasi? Maka, meneliti niatan setiap saat, setiap waktu yang masih Dia berikan. 

Maka, saat melakukan kesalahan katakanlah pada diri sendiri “ ya Alloh, jadikanlah ini dosa terakhir saya ” .

dan jika masih melanggar, dan melakukan kesalahan yang sama maka berjanjilah dengan Alloh “Demi Alloh, ini adalah dosa terakhir saya” .

Jika sudah berjanji dengan Alloh, masihkah melanggarnya? Setidaknya jika hatiku masih dipenuhi keimanan, maka aku akan berfikir sejuta kali jika harus melanggarNya. 

Maka, Tegas dan keraslah pada diri sendiri. Jangan selalu memaklumi kesalahan-kesalahan diri. Kehilafan yang selalu dilakukan berulangkali, apakah masih pantas  aku mengaku khilaf? Sementara aku selalu terperosok dalam jurang yang sama! Tak adakah ikhtiar untuk memperbaiki? Tak adakah niatan untuk belajar dari kesalahan? Memang benar manusia tempatnya salah dan ingatlah Alloh Maha pengampun jika terjadi lagi maka hukumlah diri, Jangan lembek dengan kesalahan diri, cambuk diri dengan bertaubat dan perbaiki hubungan dangan Alloh.
Bismillah, belajar menegur diri sebelum setan menjadikan kita pengikutnya, Jangan biarkan syetan tertawa bahagia … nauzubillahimindzalik
*17 Ramadhan 1434 H







Tidak ada komentar: